Friday, April 27, 2007

Din Syamsuddin: “Islam Menghargai Pluralitas”

Jumat, 27 April 2007
Menurut Din, dalam Al-Quran, perbedaan warna kulit dan bahasa adalah manifestasi hubungan toleransi. Namun bukanlah sintesisme maupun sinkretisme

Hidayatullah.com—Ketua PP Muhamamdiyah Dr. Din Syamsuddin pada pembukaan sidang Tanwir Muhammadiyah 2007 di Yogyakarta, mengatakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk perlu menghargai pluralitas.

"Islam sangat mengakui dan menghargai pluralitas dan pluralisme, baik atas dasar keyakinan agama maupun kebangsaan dan kesukuan," katanya dalam pembukaan sidang yang juga dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menkes Siti Fadilah Supari, Mendiknas Bambang Sudibyo dan Menhub Hatta Rajasa.

Menurut Al-Quran, kata Din, perbedaan warna kulit dan bahasa adalah manifestasi hukum alam kehidupan yang perlu dijalin dalam hubungan toleransi. "Namun toleransi bukanlah menyamakan perbedaan baik dalam bentuk sintesisme maupun sinkretisme," kata dia.

Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai dengan sikap siap hidup berdampingan dengan membangun mosaik yang indah dalam konfigurasi kemajemukan dan keragaman. "Semangat toleransi seperti itu yang diperlukan bangsa
Indonesia saat ini," katanya.

Menurut Din, harus diakui kemajemukan dan keragaman bangsa ini baik dalam agama, suku, budaya, bahasa maupun orientasi politik masih sering tampil sebagai faktor kelemahan ketimbangan faktor kekuatan. Egoisme dan fanatisme kelompok adalah pemicu utama pertentangan dan konflik dalam masyarakat. Saatnya energi konflik di tubuh bangsa ini ditransformasikan menjadi energi solidaritas.

"Karena itu bangsa ini mendambakan kehadiran negarawan yang bertindak sebagai pencipta solidaritas, yang dengan kearifan dan kebijaksanaan mereka menghimpun kebersamaan dan kekuatan bangsa," katanya.

Ia mengingatkan, saatnya kearifan dan kebijaksanaan membimbing bangsa ini, dan saatnya kaum arif bijaksana bersekutu untuk menjadi pelita bangsa. "Dengan pelita itulah mata hati bangsa akan tersinari dan menyinari perjalanan bangsa
Indonesia. Begitu juga dengan sang surya Muhammadiyah ingin tetap bersinar dan menyinari kemajuan bangsa di masa depan," kata Din.

Sementara itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengharapkan Muhammadiyah sebagai gerakan pemurnian dan pembaharuan Islam dapat memberikan pencerahan bangsa. "Dengan demikian bangsa ini dapat menjadi bangsa yang maju dan sejahtera," kata Sultan dalam acara yang diikuti sekitar 260 orang dari organisasi otonom Muhammadiyah, pengurus pimpinan pusat, pimpnan wilayah, dan pimpinan cabang dari seluruh Indonesia.
[bi/cha/www.hidayatullah.com]

Wednesday, April 25, 2007

Israel Akan Beli Lagi Bom-Bom Canggih dari AS


Militer AS sedang menunggu persetujuan Kongres untuk menjual 3. 000 bom-bom "pintar" tingkat tinggi pada Israel. Jika disetujui, penjualan bom berpresisi tinggi ini akan menjadi transaksi jual-beli senjata pertama antara AS dan Israel sejak pecah perang Libanon tahun 2006 lalu.

Surat kabar Jerusalem Post menyebutkan, Israel juga sedang mengajukan proposal pembelian pesawat tempur jenis F-22 Raptor-pesawat tempur yang mendominasi angkatan udara AS-meski pesawat jenis ini dilarang diekspor.

Mengutip seorang juru bicara Pentagon, Jerusalem Post menulis bahwa kepentingan utama AS adalah memperkuat pertahanan Israel. Menurut jubir Pentagon yang tidak disebut namanya itu, dengan memperkuat angkatan bersenjata Israel akan membawa stabilitas di Timur Tengah.

Disebutkan pula, bahwa Israel keberatan dengan rencana AS menjual persenjataan canggihnya-termasuk tipe bom-bom yang diminati Israel-ke Arab Saudi dan sekutu-sekutunya di kawasan Teluk Persia. Israel khawatir, penjualan senjata canggih AS ke negara lainnya di kawasan Timur Tengah, akan mengikis superioritas negara Zionis itu di kawasan tersebut.

Dalam kunjungannya ke Israel belum lama ini, Menteri Pertahanan AS Robert Gates berusaha membujuk Israel agar tidak terlalu khawatir dengan penjualan senjata ke negara-negara kawasan Teluk. Gates meyakinkan Israel, bahwa negara-negara sekutu AS tidak akan mengancam superioritas militer Israel dan penjualan itu diperlukan untuk memberangus pengaruh Iran di kawasan tersebut.

Sejauh ini belum ada kejelasan apakah rencana Israel membeli bom-bom pintar dari AS terkait dengan penjualan senjata AS ke Arab Saudi. Namun sejumlah pejabat pemerintah AS pada surat kabar New York Times awal bulan ini mengatakan bahwa mereka sedang membahas rencana paket penjualan senjata secara terpisah pada Israel untuk mengurangi kekhawatiran Israel atas penjualan senjata AS ke Arab Saudi.

AS sudah sejak lama melakukan transaksi penjualan senjata-senjata canggih pada Israel. Senjata berupa "bom-bom pintar" buatan AS bahkan digunakan Israel saat perang dengan Hizbullah di Libanon tahun 2006 lalu.

Organisasi-organisasi hak asasi manusia menuding militer Israel telah menggunakan bom-bom kluster yang sudah dilarang pemakaiannya oleh dunia internasional dalam perang tersebut. Sekitar 90 persen bom-bom kluster itu dijatuhkan Israel ke wilayah selatan Libanon, tiga hari menjelang gencatan senjata.

Hasil investigasi AS membenarkan bahwa Israel telah melanggar kesepakatan dengan AS tentang penggunaan bom-bom kluster, yang hingga kini masih mengancam kehidupan warga di Libanon Selatan. Namun, meski terbukti melakukan pelanggaran, AS tidak menghentikan penjualan senjatanya ke Israel dan tetap mendukung negara Zionis itu. (ln/tehrantimes)

Tuesday, April 24, 2007

Pengantin-Pengantin Pesanan


Liputan6.com, Jakarta: Setiap tahun di seluruh dunia ada sekitar 1,2 juta anak yang diperdagangkan. Rata-rata korban adalah anak perempuan di bawah umur. Sebagian besar dari mereka dieksploitasi secara seksual. Beragam modus digunakan pelaku untuk menjerat sasarannya.

Tim Sigi belum lama ini menelusuri praktik perdagangan manusia bermodus cukup rapi dengan sebutan pengantin pesanan atau Che siauw. Perdagangan anak perempuan ini terjadi dalam komunitas Tionghoa Indonesia.

Bagi kaum Cina miskin, Che siauw merupakan satu upaya untuk bisa keluar dari impitan kemiskinan. Namun, cara seperti ini terkesan kurang manusiawi bahkan sarat dengan penyelewengan. Banyak orang tua di kalangan ini yang tega menikahkan anak gadisnya yang masih belia kepada pria yang sama sekali tak dikenalnya. Ini dilakukan demi mendapatkan uang semata.

Biasanya Che siauw dimulai dengan proses pertemuan dan seleksi. Seperti yang terjadi di salah satu hotel di Jakarta Barat. Seorang pria Taiwan didampingi ibunya serta seorang penerjemah bertemu dengan dua amoy Indonesia. Hadir juga empat makelar perjodohan.

Pria Taiwan ini mengaku hendak mencari jodoh. Para makelar inilah yang membawa dan memperkenalkan si amoy kepada laki-laki itu. Si calon pengantin pria ternyata tak bisa memutuskan amoy mana yang akan dipilih. Dia menginginkan keduanya.

Para amoy ini biasanya didatangkan dari Kampung Belakang di pojokan Jakbar. Heni, misalnya. Gadis berusia 20 tahun ini bersedia dijodohkan dengan orang Taiwan meski usia si pengantin laki-laki sudah 56 tahun.

Pertemuan di hotel sudah dijalani Heni. Jika si lelaki Taiwan cocok, Heni tak menolak. Untuk itu, dia menerima uang sangjitan atau lamaran sebesar lima juta rupiah. Setelah itu Heni tinggal menanti kelengkapan surat administrasi sebelum diboyong ke Taiwan. "Kemauan diri sendiri untuk membantu orang tua," kata Heni.

Dari Kampung Belakang pula mengalir kisah tak sedap Che siauw. Bunga--bukan nama sebenarnya, yang baru berusia 15 tahun dijodohkan neneknya, Ci Bajaj, yang memang dikenal sebagai makelar perjodohan di Kampung Belakang. "Bukan menjual, tapi kita ingin dia berumah tangga dengan sebenarnya," kata Ci Bajaj, berdalih.

Bunga tak punya pilihan. Setelah semua proses dipenuhi dan uang lamaran diterima, pesta pertunangan digelar. Bunga kemudian hidup bersama lelaki yang usianya lebih pantas disebut kakek.

Bagi para makelar, apa yang menimpa Bunga tak layak dipikirkan. Apalagi sampai menghentikan bisnis pengantin pesanan. Para makelar level kampung biasanya mendapat angpau dua juta rupiah setiap kali berhasil mempersembahkan amoy ke pelukan lelaki Taiwan.

Uang lebih besar akan diterima molang atau mak comblang yang berhubungan langsung dengan lelaki Taiwan. Menurut Moi Che, makelar pengantin pesanan, setiap menjodohkan uang mengalir ke koceknya antara Rp 40 juta hingga Rp 70 juta. Sedangkan pengantin perempuan dan keluarganya paling banyak mendapat uang lima juta hingga sepuluh juta rupiah.

Kota Singkawang, Kalimantan Barat, adalah salah satu daerah di Indonesia yang banyak dihuni warga etnis Tionghoa. Di kota ini pula kaum Cina miskin berjejalan. Praktik Che siauw sudah dikenal di Singkawang sejak tahun 1980. Molang dalam praktik ini perannya sangat dominan. Untuk memuluskan pekerjaan, tak jarang para molang mengintimidasi korban atau memalsukan dokumen.

Lantaran ulah molang pula, kehidupan Tung Sulang yang biasa disapa Alang berubah. Gadis berusia 16 tahun ini dijodohkan dengan seorang lelaki Taiwan. Alang mau melakukan itu dengan dalih menyelamatkan ekonomi keluarga. Dia berharap uang lamaran sebesar lima juta rupiah membebaskan ibunya dari belitan kemiskinan.

Belakangan Alang membatalkan niat lantaran si pria Taiwan kerap berbohong. Alang lantas mengadukan persoalan itu ke polisi. Kepolisian Resor Singkawang segera bertindak dengan menyergap mak comblang yang hendak menikahkan Alang. Tersangka dibekuk saat hendak membawa Alang ke Jakarta. Menurut Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Singkawang Ajun Komisaris Polisi M.
Hasin Risahondua, kasus Che siauw sulit terungkap jika korban tidak melapor.

Beruntung Alang selamat. Dia kini bebas kembali merajut masa depan. Jika tidak segera diselamatkan bukan tak mungkin Alang akan terjerat mafia perdagangan orang yang mata rantainya sangat panjang dan kuat.

Kasus trafficking dengan pengantin pesanan disebut Mariana Amiruddin, Manajer Program Yayasan Jurnal Perempuan bermodus cerdas. Pasalnya para pelaku tidak tersentuh hukum karena bermodal selembar surat pernikahan.

Contohnya pada kasus Alang. Tim Sigi melihat surat nikah Alang dikeluarkan Kantor Catatan Sipil Kabupaten Bengkayang. Dalam surat itu tertera Alang telah dikawinkan di Vihara Maitreya di hadapan pemuka agama bernama Amoi Sukiman.

Saat dikonfirmasi Amoi membantah telah menikahkan Alang. Amoi menyebut nama lain, yaitu Alim Aliok. Alim yang disebut orang nomor dua di lingkungan Vihara Maitreya mengaku hanya memberi pemberkatan bukan menikahkan. Setelah itu, Alim membuat surat keterangan pemberkatan. Tapi surat itu ditandatangani atas nama Amoi Sukiman.

Alim mengatakan, surat pernikahan Alang dibuat oleh Edward, petugas Kantor Catatan Sipil setempat. Edward yang ternyata tinggal di Singkawang mengakui dirinya mengurus dokumen pernikahan.

Direktur Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Perempuan dan Keluarga Singkawang, Rosita Nengsih mengatakan, kejadian yang menimpa para amoy ini termasuk trafficking karena ada unsur perekrutan, anak di bawah umur, dan pemalsuan dokumen. "Apalagi dalam kasus yang menimpa Alang. Tujuannya
adalah eksploitasi seks," kata Rosita.

Sementara menurut Iwan Gunawan, tokoh masyarakat Tionghoa Singkawang, Che siauw terjadi akibat warisan kemiskinan masa silam. Untuk mengubah nasib, mereka akhirnya melakukan pernikahan seperti itu.

Ironisnya, kata Eva Sundari anggota DPR perumus Undang-undang Trafficking, ada aparat pemerintah yang terlibat dalam kasus ini. "Bisa saja pegawai Dinas Tenaga Kerja atau petugas kelurahan yang suka membuat kartu tanda penduduk palsu. Mereka yang membantu bisa diberi tambahan hukuman sepertiga lebih berat," kata Eva.

Praktik Che siauw boleh jadi lahir akibat rumitnya menuntaskan masalah kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan. Meski begitu, trafficking tak bisa dibiarkan. Anak-anak patut mendapat perlindungan dari berbagai modus eksploitasi. Jangan sampai Kartini muda Indonesia, layu sebelum berkembang.(IAN/Tim Sigi)

Tuesday, April 10, 2007

Saddam Husein Bertanya, "Apakah Kehidupan Kalian Lebih Baik Saat Ini?"

"Apakah kalian yakin bahwa kondisi kalian hari ini lebih baik dari empat tahun silam?" Seperti inilah pertanyaan imajinatif yang dituliskan kolumnis Ghasan Sharbel, di harian Al-Hayat yang terbit di London.

Ia mengandaikan, pertanyaan inilah yang akan disampaikan Saddam Husein dari kuburnya, sebagai mantan orang nomor satu Irak yang telah dijatuhi hukuman gantung beberapa waktu lalu.

Ghasan menuliskan artikel itu dalam rangka memperingati empat tahun pendudukan AS di Irak.

Dalam tulisan itu, ia menggambarkan bagaimana kondisi yang dilewati rakyat Irak saat ini di bawah penjajahan pasukan AS, dibandingkan dengan hari-hari saat Saddam berkuasa. Di zaman Saddam, pelanggaran HAM memang terjadi. Tapi ia membandingkan pelanggaran HAM mana yang paling memprihatinkan antara dua zaman tersebut.

Dalam artikelnya, Ghassan melontarkan pertanyaan-pertanyaan imajinatif Saddam Hussein pada rakyat Irak, "Apa pendapat kalian tentang jumlah kematian saat ketiadaan saya dalam waktu yang pendek ini, apakah jumlah kematian itu berlipat lipat ketimbang keberadaan saya saat memimpin dalam rentang waktu yang lama? Apakah kalian yakin bahwa sayap intelejen Ba'th itu lebih kasar membunuh orang-orang ketimbang sayap "kematian" yang kini leluasa melakukan pembunuhan? Jika pemerintahan saya adalah masalah, mengapa saat ini orang-orang meninggal justeru bertambah tanpa kehadiran saya? Kenapa kalian sekarang lari ke negara-negara tetangga dan mencari perlindungan di negara yang amat jauh, sebanyak 2, 5 juta dari kalian kini mengungsi. "

Dalam kalimat penutup, Ghassan menuliskan pernyataan imajinatif Saddam Husein. "Saya dahulu memang berlaku zalim di Irak. Tapi Irak tetap eksis pada waktu itu. Dan hari ini, kezaliman berlipat-lipat, lalu Irak hari ini sudah tidak ada. "

Ghassan, dalam tulisannya juga mengatakan bahwa George W. Bush sudah menyebabkan kerugian luar biasa dari Irak.

Selain Ghassan, seorang kolumnis Arab lainnya bernama Abdul Bari, menuliskan di harian Al-Quds mengatakan, "Sebelum empat tahun lalu, dan setelah kehadiran pasukan AS di Baghdad, Presiden Bush mengumumkan dengan bangga bahwa peperangan telah selesai dan keamanan, stabilitas, kesejahteraan di Irak telah dimulai. " Namun semua tahu bahwa pernyatan Bush hanyalah isapan jempol dan ke balikan dari kenyataan yang ada.

"Pada saat yang sama, Presiden Irak Saddam Husein ketika itu justru menegaskan bahwa peperangan melawan penjajan sebenarnya baru dimulai. Selanjutnya Saddam menghilang dari pantauan dan memimpin perlawanan, berupaya melakukan konsolidasi barisan sukarelawan perang dengan caranya hingga menghasilkan sesuatu yang tidak diduga oleh Bush dan Tony Blair, " tulis Abdul Hadi.

Ia melanjutkan, "Kita memang mengakui prestasi perlawanan. Kita juga mengakui kekalahan proyek Amerika di Irak. Perlawanan Irak telah mencatat kemenangan yang banyak di sini. Namun warga Irak kini terjerembab dalam konflik antar etnik yang memang dimunculkan oleh penjajah AS hingga menewaskan ratusan ribu orang "tak berdosa" dan Irak kini berubah menjadi "kuburan massal." (na-str/iol)

eramuslim, Selasa, 10 Apr 07 10:51 WIB

Monday, April 9, 2007

Terungkap Bukti Pembunuhan Massal Oleh Pemerintah Transisi Somalia dan Pasukan Ethiopia


Tokoh diplomatik Barat mengatakan bahwa Uni Eropa telah mengungkap bukti-bukti kuat tindakan kriminalitas perang oleh militer Ethiopia dan pemerintah transisi Somalia dalam sejumlah peperangan beberapa pekan terakhir di Somalia. Tindak kejahatan perang itu dilakukan saat mereka bertempur dengan pejuang Koalisi Mahakim Islamiyah dan sejumlah kabilah Somalia di jalan-jalan Mogadishu, tepatnya satu pekan lalu.

Tapi para petinggi Eropa beserta para pengamat, sudah keburu menduga sangat sulit menyeret pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kejahatan tersebut ke pengadilan internasional. Bahkan, meski data dan buktinya kuat sekalipun. Ini lantaran dukungan AS bulat diberikan kepada pemerintah transisi Somalia dan pasukan Ethiopia yang diterjunkan ke Somalia.

Erick Fan, kepala tim utusan Eropa di Kenya menyebutkan telah menetapkan satu tim tersendiri guna mengkaji lebih jauh kejahatan perang yang berulangkali terjadi di Somalia hingga menewaskan banyak warga sipil Somalia. Ia juga menerangkan dalam harian New York Times (6/4), “Bukti-bukti yang ditemukan ini sangatlah kuat dan kami mengkajinya dengan penuh kehati-hatian. ” Mendengar informasi Erick, penasehat keamanan Eropa segera mengirimkan surat email kepada Erick untuk menegaskan kembali soal adanya bukti kuat bahwa pasukan Ethiopia dan pemerintah transisi dengan sengaja menyerang sejumlah lokasi pemukiman sipil dalam pantauan pasukan perdamaian Uganda yang telah sampai satu bulan sebelumnya.

Pasukan Ethiopia dan Somalia memang diberitakan menghancurkan sejumlah bangunan di Mogadishu pekan lalu. Serangan itu dilaporkan sebagai serangan paling sengit di Somalia selama 15 tahun terakhir. Dalam serangan tersebut, banyak penduduk yang melaporkan kondisi mereka kepada organisasi HAM, bahwa pemerintah Somalia dan pasukan Ethiopia menggunakan kekuatan penuh dan membunuh secara membabi buta warga sipil Somalia.

Sebelum ini, lembaga HAM Somalia yang mempunyai kantor pusatnya di AS, juga melansir tudingan kepada pemerintah transisi Somalia dan pasukan Ethiopia soal perlakuan pembunuhan massal atas warga sipil Somalia. Lembaga tersebut bahkan menyebutkan bahwa Presiden sementara Somal, Abdullah Yusuf Ahmad telah memperingatkan secara terbuka saat wawancara dengan media massa, “Semua tempat yang terdapat tembakan dari lokasi itu, akan kami hancurkan tanpa melihat siapa yang ada di lokasi itu. ”

Dari sisi lain, Kepala Angkatan Darat Somalia Abdurazaq Adam Hasan tidak menampik ada sejumlah besar warga sipil yang tewas. Tapi ia mengatakan bahwa para korban itu meninggal sebagai efek peperangan yang berlangsung di dalam kota.

Sejumlah diplomat Barat juga menyatakan harapan merekaagar pemerintah transisi segera menuntaskan kondisi kacau balau yang menimpa Somalia sejak ambruknya pemerintahan pusat Somalia di tahun 1991. Pemerintah transisi Somalia juga dianggap gagal dalam memberi keamanan sebagaimana yang pernah diberikan Mahakim Islamiyah, sebelum kedatangan pasukan Ethiopia dengan dalih dukungan dari Amerika. (na-str/iol)

Eramuslim, Senin, 9 Apr 07 09:18 WIB

Thursday, April 5, 2007

"Geger" Penistaan Islam di Malang

Puluhan wanita berjilbab dan pria berbaju Muslim bernyanyi. Lalu, Al-Qur’an itu berada sejajar dengan kaki mereka ...itulah sekelumit penistaan agama di Malang


Hidayatullah.com—Puluhan pasangan menari dan bernyanyi. Para wanitanya berjilbab dan yang pria berbaju koko layaknya seorang Muslim dan Muslimah. Jangan keliru, mereka bukan warga Muslim. Tapi, warga berstatus agama lain.

Penampilan mereka yang terekam dalam video inilah yang minggu-minggu ini ‘menggegerkan’ kota Batu Malang. Tak hanya kota di kota Apel, video itu juga telah beredar di Pasuruan, Madura dan bahkan sampai ke luar negeri.

“Saya mendapatkanya dari teman, minggu lalu, “ kata Linda, seorang TKW asal Indonesia yang bekerja di Hongkong. "Di sini sudah ramai pak orang lihat VCD nya, "tambah Agus, (22) mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Malang .

Video berdurasi sekitar satu jam itu menceritakan aktivitas sekitar 30 orang yang melakukan ritual khusus. Penampilan peserta seperti terekam dalam VCD, cukup beragam. Peserta laki-laki ada yang memakai sarung dan ada juga yang memakai celana.

Sementara, peserta perempuan sebagian terlihat memakai jilbab. Selama durasi 60 menit lima detik itu tergambar aktivitas kelompok yang dikomando seorang pemimpin. Setelah memberi pengarahan dan instruksi, sang pemimpin lalu mengangkat Al-Qur’an dan mengarahkan peserta lain untuk berdiri melingkar.

Tak beberapa lama, dalam gambar, Al-Quran sudah berada di lantai. Sejajar dengan kaki para peserta yang mengitarinya.

Di belakang mereka, terpampang tulisan Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) sebagai penyelenggara. Kegiatan ini dilakukan di salah satu hotel di Kota Batu mulai 17-20 Desember 2006.

Salah seorang pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Malang, Nidhom Hidayatullah mengatakan, kasus ini sebagai penistaan dan pembajakan identitas Islam. “Ini bukan kasus biasa. Ini adalah pembajakan identitas Islam”, ujarnya saat dihubungi www.hidayatullah.com

Pihak MUI sendiri, sebagaimana disampaikan Nidhom, sudah melaporkan kasusnya ke pihak Polwil Malang dan MUI Pusat. “Kami sudah melaporkannya. Sebab sebagian masyarakat sudah resah”, tambahnya.

Kapolwil Malang, Kombes Pol M Amin Saleh, sebagaimana dikutip harian Surya (3/4) telah memeriksa lima lebih orang sebagai saksi. Mereka adalah peserta yang tergabung dalam forum itu. [gus/hud/cha]

www.hidayatullah.com, Rabu, 04 April 2007

8 Poin "Deklarasi Bogor"

Inti Deklarasi hasil pertemuan Bogor yang merupakan butir-butir pikiran 24 ulama dari delapan negara itu antara lain:

1. Mendesak pasukan koalisi AS untuk segera keluar dari Iraq, dan selanjutkan ditempatkan pasukan perdamaian dari negara-negara anggota OKI.

Untuk mewujudkan pasukan Islam itu diperlukan komite pemantau yang dibentuk dari negara-negara di Timur Tengah dan dunia Islam termasuk Indonesia.

2. Mendesak umat Muslim Iraq baik Syi'ah mapun Sunni untuk menyadari fitnah yang sengaja dihembuskan oleh musuh guna mengadu domba sesama Muslim.

3. Mengutuk segala bentuk terorismae dan fanatisme.

4. Menyerukan faksi-faksi yang bertikai untuk menghindari pertumpahan darah

5. Mengimbau dunia internasional untuk serius mendorong kelompok-kelompok yang berseteru agar segera melakukan rekonsiliasi.

6. Mengundang OKI untuk melanjutkan upaya rehabilitasi dan pembangunan di Iraq.

7. PBB, Liga Arab, dan OKI diharapkan dapat membangun kembali kepercayaan politik, keamanan, ekonomi dan sosial budaya di negeri itu

8. Meminta Pemerintah, Deplu RI, PBNU, dan PP Muhammadiyah untuk menyebarkan Deklarasi Bogor kepada negara-negara terkait.

Libforall: Program Liberalisasi Umat Islam Indonesia

Sesekali bukalah situs www. Libforall. Com, di sana ada sejumlah pengakuan jujur kaum liberalis Amerika dan juga pendukungnya di Indonesia untuk menghantam pemikiran Islam kafaah dan syumuliyah yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Mereka menyebut umat Islam yang ingin menerapkan syariah Allah ini dengan sebutan “Islam Fundamentalis” dan bahkan menyebutnya sebagai “Teroris”.

Situs yang memiliki slogan “Promote the Culture of Liberty and Tolerance Worldwide” (Menyebarkan budaya kebebasan dan toleransi ke seluruh dunia) ini dalam halaman pertamanya memuat misinya yang antara lain memecah-belah kaum Muslimin dengan membedakan antara kaum Muslimin Fundamentalis yang dianggap sama dengan teroris dengan Muslim Tradisionalis yang disebutnya Muslim Moderat.

Jika kita klik enter maka terpampanglah halaman berikutnya yang diawali dengan sebuah kutipan atas pernyataan Abdurrahman Wahid seperti yang pernah dimuat di dalam The Wall Street Journal yang berbunyi: “

“Muslims themselves can and must propagate an understanding of the ‘right’ Islam, and thereby discredit extremist ideology. Yet to accomplish this task requires the understanding and support of like-minded individuals, organizations and governments throughout the world. Our goal must be to illuminate the hearts and minds of humanity, and offer a compelling alternate vision of Islam, one that banishes the fanatical ideology of hatred to the darkness from which it emerged, ” demikian Wahid yang juga menjabat sebagai LibForAll co-founder, patron and board member.

Jadi, menurut “kiai” yang pernah foto bareng sedang memangku Aryanti Boru Sitepu—perempuan bukan muhrimnya ini hanya pakai daster, umat Islam seharusnya menyebarkan ‘kebenaran’ Islam yang sejuk dan menentang pemikiran Islam radikal. Entah, kebenaran macam apa yang dimaksud oleh “kiai” jenis ini.

Di dalam halaman bertajuk “Indonesian Programs” (Program untuk Indonesia) disebutkan bahwa Libforall sejak 2004 mengefektifkan programnya untuk Indonesia yang disebut sebagai satu negara yang memiliki jumlah Muslim terbanyak dunia, dengan menggandeng orang-orang Indonesia yang disebutnya sebagai tokoh-tokoh umat Islam Indonesia yang telah tercerahkan (baca: tentunya dalam pemahaman kamus kaum liberal). Beberapa programnya secara garis besar adalah:

Mendukung berdirinya “Wahid Institute” yang memiliki slogan “Seeding plural and peaceful Islam” dengan ikut mengembangkan pemahaman “Islam Moderat” dan menyebarkan gagasan pembaharan di bidang demokrasi, pluralisme, dan toleransi antara Muslim di Indonesia dan juga di seluruh dunia. Wahid Institute dipimpin oleh puteri tertua Abdurrahman Wahid yakni Yenni Wahid.

Lalu di bagian bawah ada foto Abdul Munir Mulkhan, tokoh liberal dari Muhammadiyah, bersama CEO Libforall Hollan C. Taylor. Abdul Munir Mulkhan ini mendirikan Yayasan Falsafatuna yang menggabungkan pemahaman sufiisme dengan ke dalam materi pendidikan sekolah untuk menghantam pemikiran Islam fundamentalis.

Lalu ada pula Yayasan Darmokusumo yang bermarkas di Yogya yang menggabungkan Islam dengan kejawen. Yayasan Libforall menyokong yayasan-yayasan lokal ini dengan program dan dana.

Ada lagi pernyataan jujur yang mencengangkan. Libforall mengadakan pendidikan bagi anak-anak Islam yang berada dalam kemiskinan, “…agar anak-anak miskin ini menerima pendidikan kesetaraan untuk toleransi, penguatan, dan keterampilan individual, dan juga berempati terhadap agama lain, menghadapi dunia maju. ” Seraya menuliskan kegiatannya ada di Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga merambah anak-anak korban tsunami di Aceh.

Yang cukup membuat surprise, LibForAll Foundation ternyata juga menggandeng salah satu kelompok musik papan atas Indonesia untuk menyukseskan program liberalisasi Muslim Indonesia. Kelompok musik ini bernama Dewa untuk, “…to counter extremist ideology in the world's most populous Muslim nation. ”

Kelompok Musik Dewa

Pertemanan antara Libforall dengan kelompok musik Dewa agaknya sangat istimewa. Jika Wahid Institute hanya disinggung sekali di dalam satu halaman situs ini, maka untuk Dewa disediakan dua halaman khusus (Popular Culture dan Warriors of Love) yang secara cukup lengkap memuat detil program berikut foto-foto yang amat mesra antara para pengusung liberalisme Islam ini.

Bersama dengan Dawn Elder Management, Libforall membentuk satu gugus tugas dalam bidang manajemen kelompok-kelompok musik Islam dan non-Islam dunia untuk menyebarkan paham liberalisme yang dikatakan sebagai toleransi, pluralisme, dan demokrasi.

Salah satu proyek yang digagas mereka adalah merekam dan menerjemahkan lagu “Laskar Cinta” (Warriors of Love) ke dalam bahasa-bahasa dunia antara lain bahasa Arab, Parsi, Turki, Hindi/Urdu, Bengali, Swahili, Mandingue, Hausa, Perancis, Spanyol, Rusia, dan Inggris. Selain menerjemahkan, mereka juga membuat video klip dan juga bertanggungjawab atas distribusinya. Belum cukup sampai di sini, promosi lagu ini juga dilakukan di sejumlah negara dunia yang melibatkan artis-artis top dunia di Eropa dan Amerika.

Dalam situsnya, Libforall diketuai oleh C. Holland Taylor, dan Board of Directors-nya antara lain Abdurrahman Wahid, Ahmad Dhani, dan F. Borden Hanes, Jr. Beberapa orang Indonesia diankat menjadi penasehat Libforall yakni Mustofa Bisri, Amin Abdullah (Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Azyumardi Azra, Abdul Munir Mulkhan, Nasr Hamid Abu Zayd, dan Frans Magnis Suseno.

Mau lebih banyak agenda kaum liberalis untuk menyebarkan pahamnya ke tengah umat Islam Indonesia? Silakan klik www. Libforall. Com.(Rz)

Monday, April 2, 2007

Penadah Pasir Bernama Singapura

Liputan6.com, Kota Batam: Peraturan bukan mesiu ampuh menaklukkan para pengeruk pasir di kawasan Kepulauan Riau. Padahal larangan ekspor pasir yang diberlakukan pemerintah sudah berlaku sejak awal Februari lalu atau hampir dua bulan. Namun toh isi perut bumi Lancang Kuning terus dikeduk. Pasir, tanah, dan batu-batuan diduga dijual ke Singapura [baca: TNI AL Memperketat Pengawasan Jalur Penyelundupan Pasir].

Pekan lalu Tim Sigi sempat mengabadikan aktivitas pengerukan di salah satu sudut Kota Batam. Pengerukan pasir di tempat ini sudah berlangsung bertahun-tahun, baik ada atau tidak ada pelarangan. Kebanyakan penambangan pasir beroperasi tanpa izin alias ilegal.

Otaknya sudah tentu bukan warga biasa. Buktinya pengerukan dilakukan dengan alat-alat berat dan truk-truk besar yang membutuhkan modal tidak sedikit. Ratusan ribu meter kubik pasir dikeruk dari perut bumi provinsi ini. Tak peduli siang atau malam.

Gairah para penambang pasir tampak pula di Pulau Buluh Patah, Moro, Karimun, dua pekan lalu. Di lokasi ini ratusan ribu ton pasir darat siap diekspor ke Negeri Singa. Menurut Bakri, manajer operasi penambangan pasir setempat, dalam sebulan pihaknya bisa mengirim pasir darat antara 10 hingga 12 kali pengapalan. "Dalam sebulan 15 ribu kubiklah," ujar Bakri.

Selain pasir murni, di Karimun juga masih beroperasi sebuah perusahaan penambangan granit milik seorang pengusaha di Singapura. Karena tidak termasuk beleid larangan, perusahaan seperti ini masih leluasa menggerus bukit-bukit hingga rata dengan tanah. Tentu saja pasir granit ini juga diekspor ke Negeri Singa.

Satu dari sejumlah daerah yang kini merana akibat aktivitas penambangan adalah Tanjung Balai Karimun. Di sini penambangan pasir nyaris 100 persen dipasok ke Singapura. Aktivitas pengerukan telah berlangsung sejak 1973.

Data Dinas Pertambangan setempat menunjukkan jumlah perusahaan yang giat melakukan eksploitasi pasir laut hingga 2002 mencapai 36 perusahaan. Belum termasuk perusahaan eksplorasi pasir darat sebanyak 18 perusahaan dan pasir granit sebanyak 12 perusahaan.

Karena sudah dilarang, pasir-pasir itu lantas dikirim secara ilegal. Modus terbaru dengan cara menutup permukaan pasir darat dengan granit. Modus lain yaitu dengan mengoperasikan tongkang-tongkang di malam hari. Aksi main kucing-kucingan pun tak terhindarkan seiring gencarnya patroli pihak TNI Angkatan Laut di perairan Kepri.

Berdasarkan pemantauan Tim Sigi dengan pesawat pengintai Nomad TNI Angkatan Udara ternyata memperlihatkan kenyataan yang lebih mengenaskan. Di sejumlah titik perairan didapati kapal-kapal menarik tongkang penuh muatan pasir puluhan ribu meter kubik.

Masih berlangsungnya kegiatan bisnis pasir ini ditanggapi secara kritis oleh Djoko Susilo, anggota Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR. Menurut Djoko, hal ini mengindikasikan bahwa Singapura tidak menghargai hukum RI. Karena itu tindakan hukum yang tegas perlu diambil. "Kalo hanya didenda Rp 5 juta saja kan enggak kapok-kapok itu," kata Djoko.

Sepanjang dua bulan terakhir ini penyergapan terhadap penyelundup pasir memang kerap digelar. Tim Sigi yang menumpang KRI Sibarau sempat memergoki tugboat menarik tongkang bermuatan pasir laut melintas perbatasan Riau-Singapura.

Semua awak kapal ternyata warga negara Indonesia, namun kapalnya berbendera Malaysia. Kapal ini akhirnya dibebaskan. Sumber Sigi di pihak TNI AL menyebutkan pemakaian kapal berbendera asing adalah modus baru dalam ekspor pasir. Terhitung sejak keluarnya larangan ekspor pasir, telah sebanyak 80 tugboat dan tongkang yang ditangkap petugas.

Di antara tugboat yang ditangkap adalah TB Winstar Victory yang menggandeng tongkang Winstar 2308 berbendera Singapura milik PT Citra Maritimindo Pratama, tugboat Dabo-12 yang menggandeng tongkang Sing Lian Huat 2312 milik PT Bahtera Bestari Shipping, dan tugboat Buana Ocean yang menggamit tongkang Golden Anchor milik PT Buana Bangun Sejati.

Meski dilarang, para pemain bisnis pasir masih punya pembelaan. Mereka mengaku sudah membayar kepada pemerintah daerah setempat melalui aneka pungutan. "Kami setorkan ke kas daerah," aku Basri.

Ditengarai bisnis ini melibatkan para pemain besar. Jika bukan orang Singapura, orang berpengaruh di Riau, orang berduit di Jakarta atau dibekingi orang besar.

Negeri Singa memang berambisi meluaskan wilayahnya [baca: Reklamasi Pantai, Luas Singapura Bertambah]. Menurut Prof. Dr. Nasir Harun, peneliti laut Kepri, pasir kita bagi negara tersebut menggiurkan karena harganya sangat murah. Karena itu sejak era 70-an negeri jiran itu telah mengincar pasir Indonesia. Diperkirakan wilayah Singapura akan bertambah sekitar 50 persen dari aslinya pada 2025.

Sebagai perbandingan, pada 1991 luas wilayahnya cuma 633 kilometer persegi. Tahun 2001 luas negara ini bertambah menjadi 760 kilometer persegi. Jadi luas daratan negeri ini bertambah 20 persen hanya dalam tempo 10 tahun. Kini berkat pasir-pasir kita, Singapura sudah mampu menyatukan sembilan pulau yang tadinya terpisah.

Salah satu proyek reklamasinya di Pulau Tekong, yang berbatasan dengan wilayah Johor, Malaysia. Pulau ini sebelumnya terdiri dari tiga pulau, tapi kini sudah menyatu. Di pulau yang tadinya kecil ini juga sudah berdiri beberapa bangunan.

Di sisi lain, pengerukan pasir menyebabkan kerusakan lingkungan yang amat parah. Tengoklah nasib Pulau Sebaik yang berjarak tempuh kurang lebih dua jam dari perairan Batam. Permukaannya seperti hamparan cadas, gersang. Di sana-sini menyisakan lubang-lubang raksasa yang menganga, bekas galian para penambang yang tak bertanggung jawab. Secara umum kondisi pulau seluas 70 hektare ini nyaris rata dengan air laut [baca: Pulau Sebaik Rusak Akibat Penambangan Pasir].

Tidak hanya Pulau Sebaik. Pulau-pulau lain di Kepri kondisinya juga hampir sami mawon seperti Pulau Dompak, Sugi, Ciltim, dan Kombol. Pulau Nipah, misalnya, jika air laut pasang, maka daratannya akan tenggelam. Padahal, pulau ini merupakan pulau yang paling ujung berdekatan dengan Negeri Singa.

Saat ini Pulau Nipah sedang direklamasi mengingat kondisinya yang sudah parah. Biaya reklamasinya juga tak tanggung-tanggung, sekitar Rp 250 miliar. Sedangkan duit yang diperoleh dari pajak dan retribusi penambangan pasir hanya berkisar Rp 11 miliar hingga Rp 13 miliar.

Bukan tak mungkin bila penambangan pasir dan granit terus dibiarkan, anak dan cucu kita hanya melihat pulau ini dalam bacaan dongeng saja. Coba bandingkan dengan kondisi negeri tetangga yang selama ini menadah pasir-pasir legal maupun ilegal kita itu. Sebagian besar orang kaya Indonesia menghabiskan dolarnya berplesiran ke wilayah yang dulunya bernama Tumasik ini.

Sebuah mega proyek pun tengah digarap di sana melingkupi kompleks olahraga megah seluas 35 hektare, kompleks perjudian kasino, pusat bisnis, dan wisata lain. Nilai proyek kabarnya mencapai Rp 4,75 triliun. Sekarang membengkak menjadi Rp 5,9 triliun akibat naiknya harga pasir pascapelarangan ekspor.

Kini dengan proyek mega raksasa itu pulau-pulau kecil di selatan Singapura akan dipersatukan. Alhasil, daratan negara jajahan Inggris ini akan kian menjorok sejauh 12 km ke arah Indonesia. Untuk itu dibutuhkan bermiliar-miliar kubik pasir. Dari mana lagi jika tidak dari kita.

Kenyataan itu dinilai Djoko Susilo sebagai bentuk arogansi negara itu yang tak bertenggang rasa terhadap tetangganya. Karena itu anggota Komisi I DPR ini setuju jika untuk sementara waktu RI memulangkan duta besarnya dari Singapura. Apalagi sebelumnya negara kota itu juga menunjukkan sikap tak kooperatif dalam urusan ekstradisi para koruptor Indonesia yang melarikan uangnya ke sana.

Sayangnya permintaan wawancara Tim Sigi ke pihak Kedutaan Besar Singapura di sini tidak mendapat respons. Adrian Chung, Staf Khusus Kedubes Singapura untuk Urusan Media hanya menyebutkan pemerintahnya sudah mengeluarkan statemen di depan parlemen dan media di negara itu.

Negeri Singa sepertinya bergeming. Apapun kondisinya, gedung-gedung megah dan tempat plesiran mewah tetap harus tegak. Meski untuk itu harus menjadi penadah pasir.(MAK/Tim Sigi).